(i) Kesehatan
Meskipun kesehatan selalu menjadi masalah utama pada orang lanjut usia, tetapi pelayanan kesehatan pasca – bencana jarang yang berfokus pada perawatan kondisi-kondisi seperti penyakit kronis yang menyerang orang lanjut usia, dan pelayanan kunjungan ke rumah yang dapat mengidentifikasi orang lanjut usia yang tidak bisa berjalan jarang diprioritaskan. Kehilangan aset dan kematian kerabat keluarga bisa memiliki dampak yang amat berat bagi kesehatan mental orang lanjut usia.Penelitian pasca tsunami telah mengungkapkan bahwa orang lanjut usia yang kehilangan harta kekayaan merasa bahwa mereka juga telah kehilangan kedudukan dan martabat sosialnya di hadapan anak-anak mereka yang sudah dewasa sehingga menimbulkan perasaan putus asa dan depresi.
(ii) Mata pencaharian
Orang lanjut usia di negara-negara sedang berkembang lebih cenderung aktif secara ekonomi dibanding orang lanjut usia di negara-negara maju. Setelah bencana alam terjadi, kebutuhan akan pendapatan dari orang lanjut usia meningkat. Tetapi justru kelompok inilah yang paling cenderung menjumpai hambatan untuk kembali bekerja.Terlepas dari fakta ini,penaksiran kondisi mata pencaharian dan program bantuan yang dilaksanakan lembaga-lembaga kemanusiaan jarang yang menyertakan orang lanjut usia. Pasca – tsunami di Aceh, Indonesia, banyak orang lanjut usia yang menyatakan keinginannya untuk kembali bekerja,terutama karena tsunami telah membuat keluarga mereka jauh lebih miskin.Tetapi sebenarnya ketiadaan mata pencaharian yang berkepanjangan merupakan masalah utama dari orang lanjut usia yang telah kehilangan anggota keluarga yang sebelumnya menopang hidup mereka.
(iii) Pengungsian dan isolasi
Dan orang-orang yang meninggal setelah Topan Katrina di New Orleans tahun 2005, 71 persen berusia 60 tahun keatas.Banyak dari mereka memilih menetap atau ditinggalkan ketika generasi yang lebih muds mencari keselamatan. Faktor lainnya adalah bahwa rencana evakuasi belum siap dengan panti-panti jompo yang dapat menampung banyak orang lanjut usia yang tidak berdaya.
Dalam situasi bencana, kegiatan pencarian dan pengumpulan keluarga terutama difokuskan pada anak-anak yatim dan terlantar bukan orang lanjut usia.Tetapi program dan struktur semacam ini dapat dengan mudah digunakan untuk membantu orang lanjut usia mengidentifikasi anggota keluarga yang selamat.
(iv) Perlindungan
Kejahatan terhadap orang yang lemah atau hidup sendiri biasanya dilakukan oleh orang asing melalui pencurian atau serangan – tetapi kejahatan terhadap orang lanjut usia yang dilakukan oleh anggota keluarga atau orang lain yang dikenal korban juga bisa terjadi dan lebih umum ketika sumber daya masyarakat sangat terbatas. Pasca – tsunami di Sri Lanka, misalnya,ada laporan-laporan bahwa penyalahgunaan alkohol oleh pria di kamp-kamp IDP berdampak negatif pada kesejahteraan orang lanjut usia. Wanita lanjut usia, khususnya para janda dan yang hidup sendiri, sangat tidak berdaya setelah bencana alam terjadi. Berlawanan dengan persepsi umum, mereka sangat berisiko terhadap kekerasan berbasis gender dan eksploitasi seksuakmasalah usia dan gender sering membuat mereka tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, dan pembatasan social dan agama terhadap gerak-gerik dan suara wanita dapat membatasi mereka di rumahnya.
(v) Tempat berlindung
Hambatan utama untuk kembali kerumah setelah bencana alam adalah kurangnya bantuan untuk membangun kembali tempat berlindung. Dalam banyak kasus, upaya-upaya bantuan menyediakan bahan-bahan dasar untuk tempat berlindung dan warga setempat menyediakan tenaga kerja. Hal ini bisa bermasalah bagi orang lanjut usia yang hidup sendiri dan tidak mampu untuk membangun sendiri tempat tinggalnya tetapi enggan meminta anggota masyarakat untuk membantu.
Referensi
Hukum dan standar internasional yang berlaku dalam situasi bencana alam Oleh Erica Harper
http://minalove.com/pasca-bencana-alam-perlindungan-bantuan-utama-bagi-orang-lanjut-usia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar