Minggu, 17 April 2011

Berbagai Manfaat Cabai Bagi Kesehatan


Cabai adalah tanaman yang termasuk ke dalam keluarga tanaman Solanaceae. Tanaman yang berbuah pedas ini digunakan secara luas sebagai bumbu masakan

Apabila cabai dimakan, senyawa-senyawa capsaicinoids berikatan dengan reseptor nyeri di mulut dan kerongkongan sehingga menyebabkan rasa pedas. Kemudian reseptor ini akan mengirimkan sinyal ke otak yang mengatakan bahwa sesuatu yang pedas telah dimakan. Otak merespon sinyal ini dengan menaikkan denyut jantung, meningkatkan pengeluaran keringat, dan melepaskan hormon endorfin.

Cabai merah mengandung vitamin C dalam jumlah besar, juga mengandung karoten (pro vitamin A). Kandungan kedua zat ini tidak terlampau tinggi pada cabai yang berwarna kuning dan hijau.

Cabai juga memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh, diantaranya adalah:

a. Capsaicin, mampu membunuh sel kanker pada tikus percobaan di laboratorium (1).

b. Penelitian terbaru mengindikasikan bahwa capsaicin mampu menurunkan berat badan pada orang yang menderita obesitas (2).

c. Capsaicin digunakan untuk membunuh sel-sel syaraf pada pankreas tikus percobaan yang menderita diabetes tipe 1, hal ini memungkinkan sel-sel yang memproduksi insulin untuk mulai membuat insulin lagi (3).

d. Makanan yang mengandung cabai mampu memperlambat proses terjadinya risiko penyakit kardiovaskular (4).

e. Cabai dianggap mampu mengendalikan pencemaran mikroba pada makanan (5).

f. Beberapa penelitian mengatakan bahwa capsaicin memiliki manfaat perlindungan anti ulcer pada lambung yang terinfeksi bakteri H. pylori (6), (7), (8).



Referensi

1. Athanasiou A, Smith PA, Vakilpour S, et al (2007). "Vanilloid receptor agonists and antagonists are mitochondrial inhibitors: how vanilloids cause non-vanilloid receptor mediated cell death". Biochem. Biophys. Res. Commun. 354 (1): 50–5

2. Hsu CL, Yen GC (2007). "Effects of capsaicin on induction of apoptosis and inhibition of adipogenesis in 3T3-L1 cells". J. Agric. Food Chem. 55 (5): 1730–6

3. Razavi R, Chan Y, Afifiyan FN, et al (2006). "TRPV1+ sensory neurons control beta cell stress and islet inflammation in autoimmune diabetes". Cell 127 (6): 1123–35.

4. Ahuja KD, Ball MJ (2006). "Effects of daily ingestion of chilli on serum lipoprotein oxidation in adult men and women". Br. J. Nutr. 96 (2): 239–42.

5. Billing J, Sherman PW (1998). "Antimicrobial functions of spices: why some like it hot". The Quarterly review of biology 73 (1): 3–49.

6. Lee IO, Lee KH, Pyo JH, Kim JH, Choi YJ, Lee YC (2007). "Anti-inflammatory effect of capsaicin in Helicobacter pylori-infected gastric epithelial cells". Helicobacter 12 (5): 510–7.

7. Satyanarayana MN (2006). "Capsaicin and gastric ulcers". Critical reviews in food science and nutrition 46 (4): 275–328.

8. O'Mahony R, Al-Khtheeri H, Weerasekera D, et al (2005). "Bactericidal and anti-adhesive properties of culinary and medicinal plants against Helicobacter pylori". World J. Gastroenterol. 11 (47): 7499–507.

di seluruh dunia. Spesies tanaman cabai yang paling sering digunakan meliputi Capsicum annum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense, Capsicum pubescens, dan Capsicum baccatum.

Cabai mengandung senyawa kimia yang dinamakan capsaicin (8-methyl-N-vanillyl-6-nonenamide). Selain itu, terkandung juga berbagai senyawa yang mirip dengan capsaicin, yang dinamakan capsaicinoids

sumber: http://www.spesialis.info/?berbagai-manfaat-cabai-bagi-kesehatan,1510

Tidak ada komentar:

Posting Komentar